ITS Rancang Pengolah Pupuk Mandiri di Desa Pojok

    ITS Rancang Pengolah Pupuk Mandiri di Desa Pojok

    SURABAYA — Bergantung pada subsidi pupuk dari pemerintah, petani di Dusun Pojok, Kediri, tidak dapat memupuk tanaman mereka secara maksimal. Melihat hal tersebut, tim Kuliah Kerja Nyata dan Pengabdian Masyarakat (KKN Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menghadirkan teknologi pengolah pupuk dari kotoran sapi agar masyarakat mampu memproduksi pupuk secara mandiri. Selasa (24/10/2023). 

    Ketua tim KKN Abmas, Riza Dwi Febri Saputra bercerita bahwa timnya berencana untuk menggunakan teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebagai sumber energi alat pencacah kompos. Namun, karena pemahaman masyarakat terkait PLTS masih minim, ia dan tim memutuskan untuk beralih ke mesin berbasis diesel yang operasionalnya lebih familier bagi masyarakat.

    Penerapan langsung teknologi mesin pengolah pupuk berbasis potovoltaic.
    Penerapan langsung teknologi mesin pengolah pupuk berbasis diesel kepada kelompok tani Dusun Pojok.

    Riza menjelaskan, proses pembuatan teknologi ini terbilang sederhana. Timnya memanfaatkan kotoran sapi yang sering ditumpuk hingga menjadi kering di belakang rumah warga. Kotoran kering tersebut kemudian digiling dan dicacah sehingga teksturnya lebih gembur dan halus. “Dengan tekstur tersebut, pupuk akan lebih mudah ditaburkan ke tanaman, ” tambah Riza.

    Ke depannya, tim KKN  Departemen Teknik Elektro ITS ini berencana untuk merealisasikan rencana awal mereka, yaitu mengembangkan alat pengolah pupuk berbasis PLTS. Hal ini penting, imbuh Riza, mengingat mesin diesel masih menggunakan bahan bakar fosil yang bisa menghasilkan emisi ke lingkungan. “Penggunaan PLTS juga mampu menekan biaya operasional sekaligus mengenalkan warga dengan energi terbarukan, ” ungkapnya.

    Sebagai awal rencana pengembangan tersebut, Riza dan tim berharap masyarakat mampu memanfaatkan dan merawat alat yang sudah ada dengan baik. Besar harapannya agar teknologi yang ia dan timnya rancang mampu menguatkan sektor pertanian Desa Jempol, tanpa harus menunggu subsidi pupuk dari pemerintah. (*)

    Reporter: ion20/Nabila Hisanah Yusri
    Redaktur: Difa Khoirunisa

    surabaya
    Achmad Sarjono

    Achmad Sarjono

    Artikel Sebelumnya

    Sistem Smart Farming, Eskalasikan Pertanian...

    Artikel Berikutnya

    Mahasiswa UNAIR Bersatu Deklarasi Menjaga...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    Hendri Kampai: Indonesia Hanya Butuh Pemimpin Jujur yang Berani
    Musik Ramuan DJ Amel Zoya Bisa Buat Orang Joget dan Happy
    Konsolidasi Perhutani dan LMDH untuk Kemitraan Produktif
    Perhutani Probolinggo Ikut Berpartisipasi dalam Acara Underwater Clean Up di Pantai Tampora Situbondo

    Ikuti Kami