Noe "Band Letto" Bicara Keluarga di Podcast Serasa BKKBN Jatim

    Noe "Band Letto" Bicara Keluarga di Podcast Serasa BKKBN Jatim

    Surabaya - Keluarga adalah tempat untuk pulang, tempat untuk meletakkan semua topeng-topeng, tempat untuk bisa menjadi diri sendiri, tanpa harus di judge oleh sekitarnya.

    Perkataan itu diucapkan Sabrang Mowo Damar Panuluh, B.Sc., lebih dikenal sebagai Noe, vokalis dan keyboardis band Letto, saat jadi bintang tamu podcast SERASA BKKBN Jatim di Hotel Elmi Surabaya, Selasa (23/7).

    Podcast dengan judul "Bagaimana Membangun Komunikasi Keluarga Masa Kini" dipandu oleh Taufik Daryanto, S.Psi., M.Sc., Ketua Tim Kerja KIE Kehumasan BKKBN Jatim.

    Memaknai keluarga dalam arti definisi pada umumnya yaitu ayah, ibu anak atau suami istri, kemudian beberapa anak, Noe, sapaan akrab anak dari budayawan Ainun Najib ini mengatakan bahwa keluarga ada dari pertalian darah.

    "Kalau itu secara definisi sudah jelas ya karena tadi dibawah pada pertalian darah. Aspek tanggung jawab, aspek prokreasi - prokreasi itu meneruskan keturunan. Yang paling penting karena pada proses menurunkan keturunan itu tidak hanya pada fisik, " ungkapnya.

    "Kenapa keluarga dibangun oleh pertalian darah, tapi kemudian ada nilai yang diturunkan. Ada pandangan dunia yang diturunkan dan bermacam - macam dari aspek yang kelihatan mata. Dampak yang tidak kelihatan itu bagian dari prokreasi dari keluarga tersebut, " ujarnya.

    Taufik menyampaikan ada pandangan jika sebuah keluarga berusaha menurunkan nilai-nilainya, dan sering kita mendengar nguri-uri kabudayan, tradisi luhur dan sebagainya, sedangkan sistem tata nilai itu berubah dan mungkin akhir-akhir ini sangat cepat berubah. Adanya perubahan disetiap zaman ini berpotensi menimbulkan adanya benturan. Sesuatu yang dianggap baik oleh generasi sebelumnya, tapi dianggap biasa atau kurang baik oleh generasi berikutnya dan sebaliknya.

    Menanggapi hal itu, Noe menjawab, "Saya kalau levelnya yang kita sebut sebagai nilai itu sepanjang zaman tidak berubah."

    "Yang berubah adalah ekspresi dari nilai tersebut. Misalnya kalau cara menghormati tadinya harus menunduk, kemudian berubah. Itu pada nilai yang sama, pada ekspresi yang berbeda, " ungkap Noe.

    Sementara terkait dunia teknologi yang saat ini sedang maju, orang tua juga harus belajar kepada anak terutama hal-hal yang baru, karena mereka masih PAUD telah di dunia IT yang sedemikian pesat.

    "Kita ini PAUD generasi sebelumnya, itu karena saking cepatnya dan mereka mengikuti sedangkan kita tidak tahu itu, " ungkap Noe.

    "Misalnya kita nggak tahu tentang flora nanya ke anaknya, anaknya akan dengan senang hati menjawab dan diskusi di situ pasti saya jamin si orang tua tertarik sama investasi anak, dan orang tua jadi tahu dunianya si anak ini sebenarnya, " ungkapnya.

    Tentang peraturan orang tua kepada anaknya, terkadang orang tua tidak bisa dibarengi dengan pengawasan apakah anaknya melakukan peraturan itu atau tidak.

    "Nah, hal-hal psikologis kecil-kecil gini menurut saya sangat penting untuk menjaga dinamika di dalam keluarga tersebut, " ujar Noe.

    Menurut Noe, hal yang menarik didalam hubungan antara orang tua dan anak adalah bagaimana menyelaraskan beda generasi, yang mungkin dinamika ketika anak-anak nanti dialog dengan cucu-cucu.

    "Jauh lebih kompleks lagi, tapi sebenarnya kalau tadi seperti di awal nilainya sama kok, sebenarnya nilai universal. Itu kan cinta kemanusiaan, itu saya macam cuma mengajak berbeda istilahnya, " ujarnya.

    Noe menyebut, bagaimana kondisi keluarga bisa bahagia, faktor utamanya adalah komunikasi yang baik antara orang tua dan anak.

    "Memastikan bahwa si anak mengambil keputusan yang memang karena dari seninya. Dia melakukan apapun nggak penting benar atau salah. Orang tua harus lihat kenapa anak melakukan ini,  sistemnya gimana?, dan dalam putusan si anak juga punya naluri, " ujarnya.

    "Nanti ditanyain sama bapak, artinya dia akan membuat argumentasi dulu. Melakukan sesuatu walaupun asal membuat argumentasi yang awalnya adalah agar tidak dimarahin bapaknya. Itu membangun naluri kritis dimasa kecil, " ungkapnya.

    "Yang penting adalah proses berpikirnya itu harus dilakukan untuk sebuah keputusan. Itu sangat bisa kita masukkan karena model itu bisa dipakai anak daripada model doktrin, " imbuhnya.

    "Berkembang terus karena berpikir kritis itu, anda bisa beradaptasi terhadap dunia yang berkembang tapi kalau doktrin-doktrin bisa jadi tidak berlaku pada generasi berikutnya, " pungkas Noe.

    Ketika Podcast berakhir, Noe juga bertemu dengan Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur, Dra. Maria Ernawati, M.M.,  dan melakukan sesi pemotretan bersama kru podcast BKKBN Jatim.@Red.

    Mayzha

    Mayzha

    Artikel Sebelumnya

    Perhutani Ajak Kades Jambewangi Gali Potensi

    Artikel Berikutnya

    Noe "Band Letto" Bicara Keluarga di Podcast...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    Perhutani Probolinggo Ikut Berpartisipasi dalam Acara Underwater Clean Up di Pantai Tampora Situbondo
    Perhutani Probolinggo Gelar Tasyakuran Atas Capaian Target Getah Pinus di Sukapura
    Hendri Kampai: Jika Anda Seorang Pejabat, Sebuah Renungan dari Hati ke Hati
    Perhutani Probolinggo Lakukan Sosialisasi Mekanisme Penggunaan Kawasan Hutan untuk Jalan Angkutan Hasil Produksi Tambang Pasir Secara Legal

    Ikuti Kami