Susun Policy Brief Stunting, BKKBN Jatim Gelar Diseminasi Pembelajaran Baik di Kampung KB Desa Bunut Wetan

    Susun Policy Brief Stunting, BKKBN Jatim Gelar Diseminasi Pembelajaran Baik di Kampung KB Desa Bunut Wetan

    Malang - BKKBN Jawa Timur gelar Diseminasi Pembelajaran Baik Stunting tingkat Provinsi, Rabu (18/09/24). Pertemuan di Hotel Aria Centra Surabaya tersebut, fokus memaparkan hasil studi kasus dan implementasi model best practice atau pembelajaran baik Kampung KB yang mengambil lokus di Kampung KB Berseri, Desa Bunut Wetan, Kabupaten Malang. 

    Diseminasi diikuti Ketua Satgas Percepatan Penurunan Stunting Jatim, DP3AK Jatim, Perwakilan OPD KB Kabupaten Malang, Sidoarjo, Gresik, Bangkalan dan Kota Surabaya, Dinkes Kabupaten Malang, NGO Pasti, PKB Pendamping, Kepala Desa, Ketua TP PKK beserta Kader Kampung KB Berseri Desa Bunut Wetan.

    Berdasarkan SKI (Survey Kesehatan Indonesia) 2023 angka stunting secara nasional masih 21, 5%, ini masih cukup besar. Boleh dibilang satu diantara lima anak di Indonesia mengalami stunting. Kemudian di Jawa Timur di tahun ini sudah menurun menjadi 17, 7%, tapi masih cukup tinggi. Kita punya target tahun 2024 harus turun menjadi 14% sesuai arahan Presiden, kata Ketua Tim Kerja Pengendalian Penduduk BKKBN Jatim, Yuni Dwi Tjadikijanto, sebelum membuka diseminasi.

    Menurut Yuni, berbagai upaya penurunan stunting telah dilakukan, mulai dari pembentukan TPPS dari tingkat provinsi sampai tingkat desa, membentuk Tim Pendamping Keluarga, aplikasi DASHAT, ELSIMIL, audit kasus stunting, hingga menunjuk Bapak Asuh Atasi Stunting atau BAAS. “Di sekolah-sekolah kita juga lakukan melalui SSK (Sekolah Siaga Kependudukan) untuk memberikan informasi kepada anak-anak. Dengan perguruan tinggi kita juga kerjasama melalui KKN Tematik atau Program Merdeka Belajar - Kampus Merdeka (MBKM) Peduli Stunting. Salah satunya kegiatan hari ini kita bekerja sama dengan perguruan tinggi, dengan membuat policy brief terkait isu-isu stunting” ujarnya.

    Menggandeng Perguruan Tinggi Universitas Negeri Surabaya (UNESA), studi kasus dan pembelajaran implementasi praktik baik di Kampung KB ini dilaksanakan selama 3 bulan mulai Juni hingga Agustus 2024 lalu dalam 6 pertemuan.

    Ali Imron, S.Sos., M.A Ketua Tim Penulis dari UNESA memaparkan tujuan kajian. “Kami akan memaparkan bagaimana sebenarnya best practice ini menjadi sebuah model yang bisa diimplementasikan melalui domain kampung KB. Casenya mendeskripsikan perilaku ibu terkait dengan pengasuhan balita, termasuk menerapkan perilaku hidup sehat, makanan gizi seimbang dan kita ingin tahu secara makro bagaimana komitmen dan peran stakeholder terhadap kegiatan intervensi ini, karena jika policy maker tidak berperan secara maksimal maka model ini tidak akan berjalan dengan baik”.

    Implementasi best practice, lanjut Ali, SOP-nya di Posyandu diawali dengan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, registrasi, pengisian buku KIA kemudian ada pengukuran dan penimbangan berat badan yang rutin dilakukan. 

    Kemudian ada KIE, yang materinya disampaikan penyuluh KB, setiap pertemuan ada materi berbeda termasuk materi Germas yang disampaikan bidan atau Promkes Puskesmas, menurut Ali hal ini sudah tersampaikan dengan baik. “Selanjutnya, ada gerakan menyuapi aktif, termasuk ada permainan edukatif, ada mini playground dengan semaksimalnya memanfaatkan space yang ada, ” imbuh Ali.

    Kaitannya dengan perilaku hidup bersih dan sehat, kesadaran ibu balita dan bumil serta kerjasama atau relasi antara ibu dengan suami di rumah dalam hal pengasuhan anak, serta dalam pengasuan tanggap Ali menyebut sudah cukup baik. “Orang tua sudah tanggap terhadap perubahan perilaku anak. Misalnya ketika kemudian ada perubahan fisik, apakah itu kemudian sakit itu sudah mulai tanggap, kami dapatkan data bahwa kalau sudah mengalami kejadian seperti ini biasanya langsung ke bidan, ” sambungnya.

    Ia kemudian mengkritisi relasi gender antara suami dan istri dalam pengasuhan anak yang sudah berjalan dengan baik, namun literasinya masih perlu ditingkatkan. “Contoh sederhananya adalah dongengi anak, ” Selain itu Ali menekankan perlunya teknik komunikasi yang baik dalam memaksimalkan pelayanan prima dari kader kepada customer. Ia menambahkan pentingnya apresiasi kepada tenaga kader yang relate atau berbanding lurus dengan kinerja.

    Studi kasus dan pembelajaran stunting di Kampung KB dalam bentuk Penyusunan Policy Brief bersama Mitra Perguruan Tinggi ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran dalam mendukung percepatan penurunan stunting. Policy brief ini dapat dimanfaatkan pemerintah daerah dalam membuat kebijakan dan menyelesaikan masalah-masalah yang ada di wilayah masing-masing.@Red.

    Mayzha

    Mayzha

    Artikel Sebelumnya

    Perhutani KPH Banyuwangi Barat Sambut Mahasiswa...

    Artikel Berikutnya

    Perhutani Lawu Ds Bersama Danramil Bungkal...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    Hendri Kampai: Indonesia Hanya Butuh Pemimpin Jujur yang Berani
    Musik Ramuan DJ Amel Zoya Bisa Buat Orang Joget dan Happy
    Konsolidasi Perhutani dan LMDH untuk Kemitraan Produktif
    Perhutani Probolinggo Ikut Berpartisipasi dalam Acara Underwater Clean Up di Pantai Tampora Situbondo

    Ikuti Kami